Senin, 02 November 2020

Apa yang kamu ingin cari?

Setelah dilahirkan ke bumi, kita dituntut mencari  ilmu, mencari tau maksud dan hadirnya kita berada di semesta, sambil belajar membaca dan mengeja. Setelah bisa melewati itu, kita dituntut mencari jatidiri, mencari tau keinginan-keinginan yang akan dikejar dan mencari tau apa saja yang perlu dihindar. Menempuh di umur belasan adalah prosesnya.

Setelah itu apa? Waktunya mengejar cita? Membangun masa depan? Atau apa? Jawabannya bisa saja keduanya, cita dan masa depan. Dari kecil kita selalu ditanya dengan pertanyaan “sudah besar mau jadi apa?” mungkin ketika masih berada di tingkat sekolah dasar itu pertanyaan yang sangat amat mudah, tak perlu berfikir panjang, jawab saja apa yang kamu inginkan, selesai. Namun dengan pertanyaan yang sama, di umur yang beda, dengan kondisi yang berbeda, jawaban itu teramat susah dicari jawabannya, bisa bercabang dengan dibarengi berbagai alasan sebagai penguat jawaban tersebut.

“Abis ini lu mau jadi apa?” Pertanyaan ditanyakan kepada mahasiswa yang baru lulus.

“Entreprenuership, tapi sebelumnya gua mau bekerja di sebuah perusahaan start up, dengan memiliki jabatan yang menjanjikan, setelah itu gua cabut, bangun usaha sendiri” Jawaban penuh retrorika, tanpa tau darimana prakteknya.

Jawaban itu bisa dikatakan, tapi apa implementasinya? Semudah itu kah kita bisa masuk ke dalam perusahaan start up? Secepat itu kah kamu bisa memiliki jabatan yang menjanjikan? Bagaimana dengan tuntutan lainnya? Bagaimana jika itu tak terlaksana? Sudahlah, overthinking memang musuh utama ternyata.

Sekarang apa? Usaha dan berdoa? Aksi dan reaksi? Kebanyakan tanda tanya membuat dirimu semakin mati dibuatnya. Sudah cukup, kita hanya perlu menjalaninya, bahkan dengan apa yang nanti kita tempuh menuju cita, atau membelokkan banyak cita. Setidaknya kita menjalani, walau dengan waktu yang belum disepakati oleh Tuhan dan nasib.

Terus berjalan, walau yang kau injak bebatuan.
Terus berlari, walau lawanmu banyak yang sudah start duluan.
Terus mengejar, walau butuh berapa lama menuju tujuan.

Terima kasih, Tuhan.

 

Read More

Senin, 27 Juli 2020

Lalu selanjutnya apa?

by: horngry tmblr


Hari akan berganti
Waktu pun berjalan
Kita akan terus menemui hal baru
Juga keinginan baru

Selalu bertanya bagaimana esok kita akan tetap hidup
Entah dengan cara apa terserah lah
Selalu bertanya bagaimana esok harus lebih baik
Mungkin dengan mempelajari hari sebelumnya salah satunya

Kita secara tidak sadar telah digeregoti oleh banyak hal
Waktu dan pikiran mendominasi
Mengarah ke depan
Dengan menginjak banyak bebatuan

Lalu selanjutnya apa?
Tetap hidup dengan bahagia?
Atau mati dengan sengsara?
Bisa saja keduanya

Juang dan lelah bisa saja beradu
Hati dan pikiran bisa saja tak padu
Bertanyalah
Bertahanlah

Kita akan sampai
Walau dengan waktu yang tak bisa ditentukan
Dengan peluh keringat yang bercucuran
Setidaknya kita telah sampai

Read More

Senin, 28 Oktober 2019

Jangan kemana-kemana, ya.

Tentang hari ini, esok, dan seterusnya; harapku kau menjadi alasanku berbahagia, menjadi salah satu orang yang menyokong diri ini melewati fase-fase masalah kehidupan, dan yang terpenting menjadikan aku terus lebih baik dari hari senin ke minggu, intinya, setiap hari. Kebahagiaan kita tumbuh karena kita berdua pemerannya melalui perhatian-perhatian kecil yang telah kita tanam sebelumnya. Bukan tidak diisi dengan kesedihan, terkadang rasa ego kita muncul, kau dan aku saling membenarkan perspektif kita masing-masing, dengan argumen penuh penekanan kita terus saling menyerang, di-akhiri dengan perdamaian yang begitu alot tentunya. Pertengkaran memang bumbu, tapi bukankah menurut juru masak handal jika memasak makanan terlalu banyak bumbu itu tidak baik juga bagi mereka yang akan mengkonsumsinya.

Pagi dimulai dengan sapa, malam ditutup dengan ucapan mesra. Itu adalah cara bagaimana kita saling menguatkan satu sama lain setidaknya memperbaiki mood memulai hari dan juga saling memberikan notif pesan untuk memberikan kabar hingga malam tiba. Indah, bukan?

“Jangan kemana-kemana, ya”

Kata di atas menunjukkan kalau diri ini membutuhkan seseorang yang selama ini bertahan ada di samping diri ini. Setidaknya untuk hari ini, esok, lusa, atau hari tanggal merah setiap bulannya. Aku butuh, dan kamu juga. Kata tersebut memang bisa dipandang dalam bentuk keegoisan. Egois untuk meminta untuk bertahan dan ada. Aku tau, aku benci keegoisan di antara kita, tapi untuk ini, aku meminta maaf jika ucapanku tidak sesuai omonganku ketika terjadi perdebatan.

Tetaplah di sini, aku butuh kamu. Jika diperumpamakan seperti aku butuh jaket ketika berada di suatu tempat yang begitu dingin, salah satu hal yang sangat aku perlukan dan cari pastinya jika sedang menggigil. Iya itu aku, ketika sedang ada banyak hal yang perlu aku ceritakan, aku butuh kamu untuk pendengar. Tempat aku pulang selain keluarga dan rumah. Tempat aku berkeluh kesah selain kepada Pencipta dan Orang tua. Kamu.


          Jangan kemana-kemana, ya, di sini saja, sama aku.
Read More

Selasa, 20 Agustus 2019

Di dalam dini hari mereka bertahan

Di dalam dini hari
Dingin menyelimuti raga
Suasana mulai senyap
Beberapa orang telah terlelap
Beberapa lainnya baru berjuang

Menyaksikan bintang-bintang jatuh
Dari pinggir jalan
Dari dalam ruangan
Dari sebuah kendaraan

Kantuk itu ada
Datang dengan cara memaksa
Tapi banyak cara untuk menahannya
Salah satunya,
 mengingat senyuman mereka di rumah

Tau kah,
Mereka sebenarnya ingin seperti kalian
Bangun pagi
Menyantap roti
Melihat matahari terbit dari langit

Sayangnya,
Keadaan berbeda
Walau dengan tujuan yang sama
Sama-sama mengais rupiah
Dengan jerih payah

Proses dan hasil akan terus bersinergi
Keduanya mengikat
Kita hanya perlu kuat
Dan terus mengevaluasi

Sama-sama pergi
Sama-sama mencari
Sama-sama mengejar sesuatu
Sama-sama ingin pulang dengan utuh


Read More