Minggu, 01 Februari 2015

Dekat tapi tak bersama.



Sering kita pergi bersama walau tak berdua tapi bersama teman-teman kita. Inginku, kita sesekali pergi berdua. Hanya kita. Pergi ketempat wisata atau meminum secangkir kopi hangat sambil bergurau di meja yang kita duduki berdua. Tapi itu hanya sebuah harapan yang ada dalam pikiranku. Entah apa kamu juga merasakan yang sama denganku. Mungkin saat ini tak mungkin kamu begitu.

Waktu terus berjalan, Hati mulai tak ingin selalu diposisi seperti ini. Serasa lelah, ingin mengungkapkan tapi tak bisa. Seperti bisu jika mengatakannya. Lagi pula jika aku mengatakannya dan kamu menjawabnya tak sesuai apa yang aku inginkan, kita menjadi menjauh. Seperti orang tak kenal, Tak bersapa. Itu yang aku takuti sampai saat ini.

Padahal mata ini selalu melihatmu dari dekat, tapi tak sedekat hati kita. Jauh sekali. Jika RAN “Jauh di mata dekat di hati.” Mungkin kalo kita sebaliknya. Atau bukan kita, tapi aku. Karena hanya aku yang merasakannya. Sampai kapan ini terjadi? Mengharapkan dirimu yang tak mungkin. Logika selalu berargument “ayolah paannn… kalo udah tau dia gak mungkin buat apa masih dikejar? Masih ada kok yang lain..” dan aku menjawab lewat pikiran “gua sih pengennya gitu tapi gak tau kenapa gak bisa.”kemudian hati berkata “Jika lo pengen dia. Kejarr dia.” Yaaaa begitulah. Logika dan hati selalu mempunyai keinginan yang berbeda. Entah harus mengikuti kata siapa. Aku bingung.

Sampai saat ini mungkin hanya bisa berharap hingga lelah. Memang saat ini aku sudah merasakan lelah. Ingin ini sudah, tapi disaat aku ingin sudah kamu datang dan mengajak bercanda. Dan disaat itu aku hanya menikmati melihat dirimu tertawa meski tawa itu bukan aku alasannya. Walau tak dariku aku bahagia, Karena melihat dirimu tertawa sudah melupakan sedihnya kisah ini. Kisah kasih yang tak sampai. Kisah yang pedih dan bahagia. Bahagia karena diriku bisa dekat denganmu. Pedih karena tak bisa memiliki.

Dariku, yang terdekat denganmu.
Read More