Ketika perasaan beradu argument dengan logika, entah apa
yang sedang ku rasa, semua serasa membingungkan. Bingung, karena si perasaan tetep kukuh
memilih bertahan padahal sudah berapa kali hati ini harus menahan perihnya di
sakiti dengan berlahan. Dan disaat itu si logika memberontak untuk pergi dan
melepaskan dirinya. “BODOH!” kata logika jika bisa berbicara.
Aku benci situasi dan kondisi seperti ini, benci dimana
harus memilih mana yang benar dan mana yang salah. Aku tak mau hal bodoh yang
ku pilih, dan aku juga tak mau merelakan orang yang aku sayangi pergi dan
meninggalkan.
Memang kita sudah tak ada ikatan, tak ada lagi hak satu sama
lain, tapi mengapa perasaan ini tetap ingin dirimu. Aneh. Sepertinya benar kata
si logika, Aku memang manusia bodoh. Tapi mungkin saat ini aku masih mengikuti
si perasaan. Karena aku tak mau kesalahan fatal yang ku pilih.
Kemarilah jika kamu telah lelah menjelajah, kemarilah jika
kamu sudah bingung untuk hijrah mencari bahagia, kemarilah jika kamu
benar-benar ingin memulai cerita kembali bersamaku. Kemarilah, aku disini
menunggumu dengan keringat mengucur dan air mata mengalir melewati pipi dan
jatuh membasahi semesta ini,
Dariku, manusia
bodoh. Untukmu, yang menyakiti dan yang ku nanti.