Selasa, 01 September 2015

Larut Malam.



Perihal larut malam, aku senang. Aku begitu senang karena bisa bebas merindu dirimu, walau dalam saat itu aku tak tahu harus berbuat menau. Itu sangat menyesakkan bagiku, tapi entah aku selalu melakukannya, melakukan hobby merindu denganmu hingga larut malam.

Larut malam, karena itu aku dengan mudah mengingat kenangan manis kita dulu, kenangan dimana yang begitu lucu saat aku ingat-ingat, tapi begitu menyakitkan ketika tahu keadaan sekarang. Iya kenangan manis. Dulu, kita masih bercengkrama melalui telpon kita masing-masing, entah melalui pesan singkat atau telpon. Aku masih ingat suara mu yang lucu itu, ketika aku meminta menyanyikan sebuah lagu kepadamu. Aku masih ingat juga suara mu yang begitu lucu itu, ketika kamu ngambek dan marah melalui via telpon. Aku masih ingat!

Larut malam semakin memakan waktu, detak jarum jam begitu terdengar kencang, dan sesekali aku meminum kopi yang ada di sampingku yang mulai dingin, sedingin sikap kamu kepadaku sekarang. Sekarang kamu telah beda, tak seperti dulu. Perhatian, bawel, dan kepedulianmu yang dulu sudah tak ada, mungkin karena kita terbatas oleh status, iya, kita sudah tak lagi bersama. Saat itu kita saling memikirikan ego kita masing-masing, aku begitu ceroboh dan kamu pun. Kita menghancurkannya bersama sesuatu yang terbangun begitu kokoh, dan akhirnya runtuh. Masih ingatkah, pertemuan lucu kita dulu? Kita begitu bahagia saat itu, bak dunia milik kita berdua. Tapi kemudian hilang ketika ego dan rasa bosan datang menghampiri. Kita kalah olehnya, dan Karena dia kita tak lagi bersama.

Mendengarkan lagu yang mewakili perasaan hingga larut malam, itu adalah kewajiban bagiku ketika rasa rindu mulai memuncak. Aku play lagu-lagu yang menurutku syahdu dan liriknya yang hampir sama apa yang sedang aku rasakan, seperti ada yang menemani diriku ketika itu. Aku senang bercampur sedih. Aku senang karena ada yang menemaniku ketika aku rindu dirimu, ketika aku harus dituntut menyerah dengan keadaan karena tak bisa berbuat apa-apa. Aku sedih ketika aku menyadari takdir kita sekarang, sekarang kamu telah bahagia dengan orang yang begitu kamu idam-idamkan, tak sepertiku, dia begitu sempurna di matamu, aku sedih ketika dia yang mendapatkan perhatian darimu, mendapat senyummu yang manis, mendapatkan pelukan hangat disaat dinginnya malam menerkam. Aku sedih dan aku juga iri. Aku iri dengan dia.

Larut malam, dimana bintang-bintang semakin terang menerangi bumi, semakin semangat menemani bulan, dan kian menyatu dengan dinginnya malam. Bintang, dia sangat terang, tapi bintang akan hilang jika si mendung datang. Itulah bintang, dia juga bisa kalah walau dia sangat semangat berjuang menerangi bumi.


“Larut malam, terimakasih telah menemaniku ketika aku mulai merindu. Aku sayang kamu dan dia.”
Read More