Kita adalah keterkaitan yang tak bersama, Kita adalah sepenggal kisah yang
saling membuat tawa tapi tak nyata, Mengapa tak nyata? Karena kamu masih
berharap dengan dirinya, dirinya yang sedang sibuk membuat bahagia orang lain. Kamu
tak sadarkah? Ada seseorang yang sedang serius ingin membuat dirimu bahagia,
ya, aku. Tapi kamu sedang sibuk mencarinya, padahal kamu sudah tahu keberadaan
dia, dia yang sedang saling membuat sebuah cerita dengan kekasihnya.
Kamu bodoh! Dan aku-pun! Kamu bodoh, masih berharap dia datang
mengampirimu dan menemani kesendirianmu, membuatmu tersenyum dengan pesan
singkatnya, padahal itu ketidakmungkinan. Aku-pun begitu, bodoh! Menunggu seseorang
yang sedang sibuk menunggu orang lain, mengharapkan seseorang yang sedang sibuk
berharap dengan orang lain. kita sama-sama sedang bertahan dengan
ketidakpastian, kita sama.
Tapi aku ikhlas, aku rela dan bangga denganmu. Kamu begitu setia
menunggu dia kembali, walau hati-mu selalu terluka ketika mendengar tentangnya yang bahagia dengan kekasihnya. Biarlah aku disini
menemanimu, setidaknya sedikit menutupi hati-mu yang sedang terluka. Meski tak
begitu berpengaruh, tapi aku selalu siap menemani dirimu. Dan jika dia kemudian
datang kembali menemuimu, berarti tugas-ku sudah selesai.
Aku pergi dengan sebuah senyuman dan harapan, harapan
ketidakmungkinan, harapan yang tak ada kepastian, dan harapan yang tak seharusnya
terjadi. Tapi aku begitu bangga denganmu, kamu rela tersakiti dan bertahan demi
menunggu seseorang yang kamu puja-pujakan. Mungkin ini yang dinamakan kesetian.
Lupakan lah tentang kebersamaan kita, berbahagialah
dengannya, aku disini merasa bahagia, walau sesekali rindu ini menyapa. Biarkan
aku disini merangkai kata demi kata untuk melepas rindu, biarkan.
Berbahagialah dengannya, sayang.