Rabu, 19 April 2017

01:37

Raga ini masih ada dan nyata
Rasa ini juga masih ada dan sama
Kita memang sudah tak sedekat dulu
Ketika itu
Di saat engkau masih memberi ucapan mesra kepadaku
Ucapan yang memaksa raga ini terlelap
Ucapan yang membuat mimpi-mimpi indah mendekap
Pada raga ini

Aku ingin menidurkan raga ini
Tidak
Tidak sekarang
Nanti
Iya nanti ketika kamu hilang dari ingatan ini
Ah tetapi
Mana mungkin itu terjadi
Aku benci
Ketika semua sudah menghampiri
Kenanganmu itu yang terus menghantui

Aku tak paham dengan tulisan ini
Tetapi percayalah
Aku benar-benar mengingat kembali
Bersamamu
Yang membuat rindu menjadi candu
Yang membuat aku berhenti melangkah
Yang membuat aku percaya akan bahagia
Yang pada akhirnya hadiah kecewa
Yang ku dapat
Read More

Minggu, 02 April 2017

Aku iri dengan hal-hal yang ada di dekatmu.

via tumblr



Aku iri dengan buku yang sedang kau genggam. Curang, ia sangat leluasa menerima hangatnya telapak tanganmu.

Aku iri dengan gadgetmu, benda yang selalu kau lihat setiap beberapa saat dan selalu kau bawa, ada di dekatmu.

Aku iri dengan cermin yang sering kau keluarkan dari tasmu. Karena ia bisa melihat wajahmu sepuasnya dalam keadaan apapun, selagi itu bahagia atau mood dirimu yang sedang berantakan.

Aku iri dengan teman dekatmu. Ini memang aneh, iya tapi aku iri, mereka selalu dapat sapamu, ceritamu, dan bahagiamu lebih awal.

Aku iri dengan langit-langit yang ada di kamarmu. Iri, sangat! Karena ia bisa seenaknya tanpa izin melihat wajahmu yang lucu ketika tidur.


Masih banyak hal yang membuat aku iri, sebenarnya. Aku iri karena sampai saat ini aku hanya bisa memandangmu dengan cara mencuri secara diam-diam. Hanya bisa menahan, menahan semuanya yang semestinya harus dikeluarkan. Lucunya, aku selalu melakukan ini, malah seharusnya ini sudah masuk dengan kategori hobby. Memandangmu dari kejauhan ialah kebiasaan yang telah menjadi hobby-ku, setiap harinya.
Read More