Rabu, 07 Oktober 2015

Tentang kalian, Wahai Teman.

Akhirnya menuju kelulusan, semenjak 3 tahun lalu gue masuk sekolah ini, sekolah yang masih dalam tahap pembangun karena baru saja didirikan. Awal masuk kita semua masih canggung, masih kaku satu sama lain, tapi perkenalan dan adaptasi pada seragam putih abu-abu lebih cepat daripada dulu saat baru masuk smp. Mungkin karena kita sedikit lebih dewasa.

Seiring jalannya waktu banyak dari murid yang di sekolah ini pada pindah dikarenakan fasilitasnya yang minin. Dan itu juga sempat terbayangkan oleh gue, untuk pindah ke sekolah yang baru, tapi sangat disayangkan perjalanan sudah setengah menuju kelulusan. Malah bukan cuman gue yang berfikir seperti itu, teman-teman gue juga.

Kelas satu. masa dimana sekolah masih sembraut. Jarang ada guru yang masuk ke kelas, tapi giliran guru killer rajin banget masuk, ngeselin emang. Masa dimana guru tak masuk ke kelas atau pelajaran kosong adalah masa yang membuat satu kelas bahagia, bagaikan party bikini. Semuanya sibuk dengan kesenangan masing-masing. ada yang fokus bercumbu dengan laptopnya seperti; bermain game, mengerjakan tugas Negara, nonton film, nonton bokep, dll. Ada juga yang sibuk selfie, rata-rata perempuan di kelas yang melakukannya walau terkadang laki-lakinya juga suka ikut. Ada juga yang bikin lingkaran, duduk diatas meja, dan ngomongin suatu hal yang gak penting dan penting, dan yang paling sering jadi topic pembicaraan adalah tentang sepak bola, anime, hingga cewek kelas sebelah. Dan terakhir, ada juga yang tidur di kelas. Begitulah situasi jika ada guru yang tak masuk kelas, sering terjadi saat masih di kelas satu.

Kelas dua. Kita semakin dekat, kita sering berkumpul di rumah salah satu dari kita, malah hampir setiap hari berkumpul. Terkadang jika libur sekolah, kita merencankan untuk touring, anjas touring. Hahaha. Ya, walaupun cuman disitu-situ doang, paling-paling di daerah bilangan Jakarta atau gak puncak, bogor. walau cuman touring gak jauh kayak orang-orang, gak sampai keluar kota, provinsi, pulau hingga Negara. Tapi kita sangat bahagia dalam perjalanan, bercanda ria, sumbringah, bak jalanan milik kita doang, orang lain mah cuman jual jamu. Okeh, gak nyambung. Begitulah kebahagian kita saat kelas dua, banyak sekali, satu paragraph ini tak cukup mendekskripsikan perjalanan kita.

Kelas tiga. Masa dimana kita mulai lebih dewasa, mulai berfikir masa depan, tapi masih sering terlihat dari kita semua sifat keanak-kecilan. Tapi sifat keanak-kecilan itu yang membuat kita semua bahagia dan seru. Sering kena omelan guru, ngecengin temen sampe kelewat baper, bikin kesel orang, ngecengin tukang papeda, dll. begitulah sedikit sifat kenakan-kecilan kita, yang suatu saat bakal ngangenin.

Okeh, Itulah secarcik cerita kita, dari ratusan moment yang sering kita lakukan.



Kini kita semua akan berpisah, melewati masa putih abu-abu bersama kalian yang begitu indah, gue yang tadinya menyesal masuk sekolah ini menjadi bangga karena bisa dipertemukan oleh kalian wahai, teman. Bangga bisa mengukir banyak cerita di 3 tahun perjalanan kita di saat remaja. Mungkin setelah kita sudah lulus semua, kita bakal jarang bertemu tak sesering saat masih di sekolah. Kita sibuk dengan apa yang kita lakukan kita saat ini, awal cerita menuju masa depan, mengejar cita-cita, dan membuat bangga orang tua kita masing-masing.

Tawa lepas kita suatu saat hal yang paling paling kita rindukan. Saling menguatkan satu sama lain, memberi pendapat ketika salah satu dari kita sedang ada masalah, kebisingan saat di sekolah, kebisingan saat ngumpul, ngecengin temen sampe baper, ngomongin pacar, mantan, dan gebetan kita masing-masing, itu juga hal yang paling dirindukan.

Ribuan kejadian, Ratusan foto, puluhan folder, bersama kalian adalah senjata kalo gue lagi kangen-kangennya sama kalian. Gue tau ini lebay, lebay banget malah, tapi ingat, kita pasti akan merindu semuanya atas apa yang kita lakukan dulu.

Kalian lah yang membuat aku bahagia tanpa henti jika kita sedang berkumpul bersama. Bagai tak ada masalah, kita tertawa lepas tanpa memikirkan apa yang membuat kita resah, itu semua karena kalian, wahai teman.


0 komentar:

Posting Komentar