Akhirnya menuju kelulusan, semenjak 3 tahun lalu gue masuk sekolah ini, sekolah yang
masih dalam tahap pembangun karena baru saja didirikan. Awal masuk kita semua
masih canggung, masih kaku satu sama lain, tapi perkenalan dan adaptasi pada
seragam putih abu-abu lebih cepat daripada dulu saat baru masuk smp. Mungkin
karena kita sedikit lebih dewasa.
Seiring jalannya waktu banyak dari murid yang di sekolah ini
pada pindah dikarenakan fasilitasnya yang minin. Dan itu juga sempat
terbayangkan oleh gue, untuk pindah ke sekolah yang baru, tapi sangat
disayangkan perjalanan sudah setengah menuju kelulusan. Malah bukan cuman gue
yang berfikir seperti itu, teman-teman gue juga.
Kelas satu. masa dimana sekolah masih sembraut. Jarang ada
guru yang masuk ke kelas, tapi giliran guru killer rajin banget masuk, ngeselin
emang. Masa dimana guru tak masuk ke kelas atau pelajaran kosong adalah masa
yang membuat satu kelas bahagia, bagaikan party bikini. Semuanya sibuk dengan
kesenangan masing-masing. ada yang fokus bercumbu dengan laptopnya seperti;
bermain game, mengerjakan tugas Negara, nonton film, nonton bokep, dll. Ada
juga yang sibuk selfie, rata-rata perempuan di kelas yang melakukannya walau
terkadang laki-lakinya juga suka ikut. Ada juga yang bikin lingkaran, duduk
diatas meja, dan ngomongin suatu hal yang gak penting dan penting, dan yang
paling sering jadi topic pembicaraan adalah tentang sepak bola, anime, hingga
cewek kelas sebelah. Dan terakhir, ada juga yang tidur di kelas. Begitulah
situasi jika ada guru yang tak masuk kelas, sering terjadi saat masih di kelas
satu.
Kelas dua. Kita semakin dekat, kita sering berkumpul di
rumah salah satu dari kita, malah hampir setiap hari berkumpul. Terkadang jika
libur sekolah, kita merencankan untuk touring, anjas touring. Hahaha. Ya,
walaupun cuman disitu-situ doang, paling-paling di daerah bilangan Jakarta atau
gak puncak, bogor. walau cuman touring gak jauh kayak orang-orang, gak sampai
keluar kota, provinsi, pulau hingga Negara. Tapi kita sangat bahagia dalam
perjalanan, bercanda ria, sumbringah, bak jalanan milik kita doang, orang lain
mah cuman jual jamu. Okeh, gak nyambung. Begitulah kebahagian kita saat kelas
dua, banyak sekali, satu paragraph ini tak cukup mendekskripsikan perjalanan
kita.
Kelas tiga. Masa dimana kita mulai lebih dewasa, mulai
berfikir masa depan, tapi masih sering terlihat dari kita semua sifat
keanak-kecilan. Tapi sifat keanak-kecilan itu yang membuat kita semua bahagia
dan seru. Sering kena omelan guru, ngecengin temen sampe kelewat baper, bikin
kesel orang, ngecengin tukang papeda, dll. begitulah sedikit sifat kenakan-kecilan kita, yang suatu saat bakal ngangenin.
Okeh, Itulah secarcik cerita kita, dari ratusan moment yang sering kita
lakukan.
Kini kita semua akan berpisah, melewati masa putih abu-abu
bersama kalian yang begitu indah, gue yang tadinya menyesal masuk sekolah ini
menjadi bangga karena bisa dipertemukan oleh kalian wahai, teman. Bangga bisa
mengukir banyak cerita di 3 tahun perjalanan kita di saat remaja. Mungkin setelah
kita sudah lulus semua, kita bakal jarang bertemu tak sesering saat masih di
sekolah. Kita sibuk dengan apa yang kita lakukan kita saat ini, awal cerita
menuju masa depan, mengejar cita-cita, dan membuat bangga orang tua kita
masing-masing.
Tawa lepas kita suatu saat hal yang paling paling kita
rindukan. Saling menguatkan satu sama lain, memberi pendapat ketika salah satu
dari kita sedang ada masalah, kebisingan saat di sekolah, kebisingan saat
ngumpul, ngecengin temen sampe baper, ngomongin pacar, mantan, dan gebetan kita
masing-masing, itu juga hal yang paling dirindukan.
Ribuan kejadian, Ratusan foto, puluhan folder, bersama
kalian adalah senjata kalo gue lagi kangen-kangennya sama kalian. Gue tau ini
lebay, lebay banget malah, tapi ingat, kita pasti akan merindu semuanya atas
apa yang kita lakukan dulu.
Kalian lah yang
membuat aku bahagia tanpa henti jika kita sedang berkumpul bersama. Bagai tak
ada masalah, kita tertawa lepas tanpa memikirkan apa yang membuat kita resah,
itu semua karena kalian, wahai teman.