Siang itu dalam cuaca yang begitu panas di Depok, tepatnya
disuatu café di daerah Margonda, Depok. Aku duduk di salah satu tempat duduk
dekat jendala ditemani secangkir kopi hangat dan laptop tercinta. Mengapa
tercinta? Karena dia begitu setia menemani hariku di kala sepi datang dan sunyi
yang menerkam. Dia (laptop) yang membuat ku terasa ramai dalam sepi, dan dia
juga yang membuat ku terkadang senyum-senyum sendiri.
Sedang asik diriku bercumbu dengan laptop tercinta, ku
melihat wanita sedang menenteng kopi di tangan kanannya dan memegang gadget di tangan
kirinya. Dia duduk tidak jauh dari tempat duduk ku. Aku-pun sesakali curi
pandang kepadanya. Aku merasa aneh, merasa pernah bertemu atau kenal dengan
dirinya. “Dia kok kayak pernah gua kenal yak?” kata pikiranku di kala itu.
Sesambil bercumbu bersama laptop tercinta aku berfikir dan mengingat-ngingat
tentang dirinya.
Dikarenakan air kopi yang di cangkir kopi ku sudah abis, aku
bergegas pulang memasukan laptop kedalam tasku, dan membayar kopi yang tadi ku
pesan. Dalam perjalanan aku terus memikirkan dan mengingat dirinya. Seperti
perasaan ini begitu sangat kenal dirinya, Mata yang lupa-lupa ingat, dan
pikiran yang sepertinya sudah lupa. Aku pulang dengan rasa penasaran yang
begitu menghantui sampai larut malam.
Beberapa hari kemudian, aku mengajak pertemuan atau semacam reuni dengan teman
lamaku di waktu masih berseragam putih biru tuk melepas rindu yang sudah lama tak
bertemu. Kita janjian di café tempat favoritku, jam delapan malam. Aku datang
jam setengah tujuh, aku sengaja datang duluan karena yang yang merencanakan
pertemuan ini. Setelah 1 jam kurang lebih, temanku datang satu persatu, temanku
yang bernama Karton datang pertama. “Woy ton, masih hidup lu?” Tanya kabarnya
dengan bergurau. Aku-pun bercanda ria dengan karton sambil menunggu yang lain.
Tidak lama kemudian, semua temanku sudah datang semuanya. Sebelum kita melepas
rindu aku membuat perjanjian tuk menaruh gadget di atas meja kemudian
ditumpukan dan dilarang mengambil atau memegang sebelum pertemuan berakhir.
Kami-pun asik becanda satu sama lain, sambil mengingat kejadian lucu yang dulu
sering dilakukan bersama.
Sedang asik melepas rindu, wanita yang membuat ku penasaran
datang lagi, tapi dia datang tidak sendirinya, dia datang bersama temannya. Aku
melakukan lagi jurus curi pandang denganya, lagi asik melihatnya temanku yang
bernama kardus berkata.
“Pan, masih kenal dia kagak?”
“Kagak dus, siapa sih
dia?” kataku sambil kebingungan.
“Dia cewek yang dulu pernah elu taksir,
begok!” kata kardus.
“Lah siapa dus? Cewek yang gua taksir banyak, sampe guru
gua taksir.” Kataku sambil bergurau.
“Dia kina!!!!!!!!!!! Cewek 9A yang dulu lo
taksir dalam diam.” kata kardus dengan suara sedikit keras.
“Eh, Tolol!
Ngomongnya gausah kenceng2, untung dia kagak denger.” Kata ku sambil menoyor
kepalanya.
“Ohh kina toh.” Kata pikiranku, dan membuat rasa penasaran sedikit hilang.
Setelah pulang dari pertemuan aku langsung mengecek tentang dia melalui social
media, Aku cek akun Facebook-nya, ternyata dia sudah tidak menggunakan
facebook, terakhir di update “Akhirnya lolos juga masuk kampus idaman.” Setahun
yang lalu. Karena penasaran aku mengecek semua akun social media yang dia punya
yang aku ketahui, dari Facebook, Twitter, Ask.Fm, sampai instagram. Dari semua sosial
media yang aku kunjungi rata-rata terakhir update kurang lebih satu tahun.
Hari minggu, di sore hari. dengan rasa jenuh di Rumah, aku
memilih tuk pergi ke toko buku yang ada di Depok untuk mencari buku
‘Sekarangku’ karya Zarry Hendrik, Buku yang sudah jadi target utamaku akhir-akhir
ini. Dengan mudah aku mendapatkan buku ‘sekarangku’ karena di taruh rak
bertuliskan “Best Seller” sambil menentang buku ‘sekarangku’ aku mengelilingi
toko buku sambil membaca buku-buku yang lain. Disaat aku membaca salah satu
buku, aku melihat kina. Yup! Kina cewek penasaran yang akhirnya bisa gua kenal
namanya Karena teman aku bernama kardus mengingatkanku. Aku mengikuti dia,
sambil berpura-pura membaca buku. Tiba-tiba aku seperti ada yang membisikan ku
“Pan, deketin lah! Ajak kenalan. Cowok kan? Gentle lah.” Aku-pun memberanikan
diri karena bisikan itu.
“Hey.. kina yak?” kataku sambil menyodorkan tangan
“Iyaa, siapa yaa? Kok bisa kenal sama saya?” kata kina sambil muka kebingungan dan membalas sodoran tanganku, kemudian berjabat tangan.
”Lupa yak? Gua irpan temen smp lu dulu, inget gak?”
”Irpan? Temen smp?”
”lupa yaa? Irpan anak 9b dulu..”
”ohhh.. iya iya ingat irpan yang cupu itu kan?”
”yaelah kin, itu kan dulu. hehe lagi nyari buku apa?”
”Gatau nih, lagi liat-liat dulu..”
Setelah kejadian perkenalan di toko buku, aku mengajak-nya makan malam di
sebuah tempat favorit-ku yang tidak jauh dari toko buku. Perbincangan-pun mulai
hangat saat di tempat makan, saling mengingat masa-masa smp, saling menanyakan
satu sama lain. Setelah selesai makan, aku mengantarkannya pulang dikarenakan
sudah hampir larut malam, sesampainya didepan rumah si kina, Aku meminta nomor
telepon-nya, dan dikasih.
Aku-pun semakin dekat setelah bisa mendapatkan nomor telpon-nya, sudah sering
chatting-an, malah terkadang sampai bertelepon hingga larut malam, Dan aku
sudah merasa nyaman dengannya.
Kina, seorang wanita yang dulu ku-sukai, yang membuat aku terpanah, dan membuat
aku hobby melihat dia dari kejauhan. Kini dia datang lagi, bedanya sekarang dia
datang member harapan dan kenyamanan. Aku yang dulu hanya bisa mengaguminya
dalam diam, tak berani menyapa, apalagi dekat dengan dirinya. Tapi sekarang
berubah, aku sudah sering becanda melalui gadget yang ku-punya, melalui
pesan-pesan singkat yang begitu lucu dan tak jelas.
Aku sudah mulai merasakan kenyamanan yang begitu indah, hampir
sebulan lebih setelah kejadian makan malam di tempat makan dekat toko buku pada
saat itu, hati ini mulai resah, mulai tak kuat memendam perasaan yang ingin
diungkapkan. “Apakah ini waktunya?” Logika bertanya.
Mungkin ini saatnya, aku mengajaknya bertemu di sebuah
tempat yang pertama kali pertemuan dengan rasa dulu terjadi, pertemuan yang
saat itu membuat perasaan ini penasaran. Aku sengaja datang lebih awal. Aku
duduk di tempat duduk dekat jendela.
Setengah jam kemudian dia datang bersama seorang cowok, berbaju merah. Hati ini
bertanya.. “siapa yak, dia?” sambil takut hal yang tidak diinginkan terjadi.
Dia datang, kemudian duduk dan berkata.
“Lama ya, pan, nunggunya? maaf yaa” kata kina, sambil tersenyum.
”Engga kok.. hehe”
”Oiya, kenalin nih, cowok baru gue.” kata kina.
Saat dia berkata “Kenalin nih, cowok baru gue.” Rasanya kayak di tusuk-tusuk
pake pensil 2b yang baru diraut, kit beut. Rasanya mau lompat aja dari gedung
yang tak bertingkat. SAKIT BANGET, POKOKNYA!!
"Irpan.." sambil berjabat tangan dengan pacar barunya kina
"Tempe.." (Pacar barunya kina)
”wih, selamat yak, kin.” kata ku, dengan senyum tipis yang penuh dengan sandiwara
”ihh makasih pannn, oiya tadi mau ngomong apaan?”
Dalam hati “Mau nanya, kok tega banget sih!!!”
”Gak jadi kin. Hehe..”
"Kok gitu?”
”gapapa hehe, oiya gua ada janji, gua duluan yak..” Jalan keluar dari cafe.
Aku-pun pergi dari café itu, dan pergi juga dari kehidupan baru dia yang begitu
bahagia untuk mereka, tapi begitu perih untuk-ku.
Hal yang harusnya menjadi kisah baru antara aku dengan kamu, menjadi kita. Kita
yang akan saling melengkapi, kita yang akan saling mengucap selamat pagi. Dan, Kita,
yang tak akan mungkin terjadi.
Begitu perih kisah ini, kisah yang tak ada dalam skenario,
seharusnya. Dan sekarang aku pergi, mencoba lupa di atas luka.
Inginku hilang ingatan tentang-mu.