Senin, 26 Oktober 2015

Kerinduan yang tak dibalas.

Selamat malam buat kamu yang disana. Hi, aku tahu kok kamu sedang bahagia dengan dirinya. Maka-nya aku gak nanya kabar kamu. Hehehe. Masih ingat aku? Mungkin tidak. Ya, jawabanku bukan pesimis melainkan kenyataan sekarang, aku tau kamu lagi di jenjang masa hangat-hangatnya bersama dia. Masa yang dulu kita alami juga. Masa dimana ego dan bosanmu belum menyerang. Masa dimana kita semesra Koran dan kopi di pagi hari.

Kini aku di sini sadar diri, sadar atas kenyataan sekarang bahwa aku bukan siapa-siapamu lagi. Tak ada hak untuk cemburu, bahkan tak ada hak lagi menyuruh dirimu agar tak tidur pagi.

Sekarang kita telah jauh, walau bukan jarak penyebabnya, tapi keadaan. Keadaan yang menyuruh aku berbuat semua ini. Dan aku di sini hanya bisa merindumu, meratapi kepergianmu, mengenang sebagaimana kisah yang dulu kita pernah jalani.

Dengan lantunan musik, sepenggal puisi, dan beberapa kalimat, air mata ini sering sekali jatuh tak sengaja. Itu semua kejadian yang selalu terjadi dikala aku sangat merindumu. Ketika perasaan tak kuat lagi menahan semuanya, ketika raga sangat ingin memeluk hangat dirimu. Dan ketika itu aku hanya bisa berkata “I miss you…” dalam hati yang pernah kau isi.

Dan saat ini waktu terus berjalan, tapi aku tetap jatuh padamu, tetap merindu dirimu, Rindu yang sama sekali tak pernah kamu balas. Jangankan tuk dibalas, tuk peduli pun kamu tak mau. Jangakan tuk peduli,  tuk tau pun kamu enggan. Bodohnya diriku, melakukan aktivitas yang sangat membuang-buang waktu dan menjadi hobiku setiap hari.


Entah sampai kapan ini semua terjadi, aku belum lelah sampai saat ini. Dan harap ku masih sama; semoga kamu baik-baik saja di sana.




Aku butuh pelukmu, sayang.
Read More

Rabu, 07 Oktober 2015

Tentang kalian, Wahai Teman.

Akhirnya menuju kelulusan, semenjak 3 tahun lalu gue masuk sekolah ini, sekolah yang masih dalam tahap pembangun karena baru saja didirikan. Awal masuk kita semua masih canggung, masih kaku satu sama lain, tapi perkenalan dan adaptasi pada seragam putih abu-abu lebih cepat daripada dulu saat baru masuk smp. Mungkin karena kita sedikit lebih dewasa.

Seiring jalannya waktu banyak dari murid yang di sekolah ini pada pindah dikarenakan fasilitasnya yang minin. Dan itu juga sempat terbayangkan oleh gue, untuk pindah ke sekolah yang baru, tapi sangat disayangkan perjalanan sudah setengah menuju kelulusan. Malah bukan cuman gue yang berfikir seperti itu, teman-teman gue juga.

Kelas satu. masa dimana sekolah masih sembraut. Jarang ada guru yang masuk ke kelas, tapi giliran guru killer rajin banget masuk, ngeselin emang. Masa dimana guru tak masuk ke kelas atau pelajaran kosong adalah masa yang membuat satu kelas bahagia, bagaikan party bikini. Semuanya sibuk dengan kesenangan masing-masing. ada yang fokus bercumbu dengan laptopnya seperti; bermain game, mengerjakan tugas Negara, nonton film, nonton bokep, dll. Ada juga yang sibuk selfie, rata-rata perempuan di kelas yang melakukannya walau terkadang laki-lakinya juga suka ikut. Ada juga yang bikin lingkaran, duduk diatas meja, dan ngomongin suatu hal yang gak penting dan penting, dan yang paling sering jadi topic pembicaraan adalah tentang sepak bola, anime, hingga cewek kelas sebelah. Dan terakhir, ada juga yang tidur di kelas. Begitulah situasi jika ada guru yang tak masuk kelas, sering terjadi saat masih di kelas satu.

Kelas dua. Kita semakin dekat, kita sering berkumpul di rumah salah satu dari kita, malah hampir setiap hari berkumpul. Terkadang jika libur sekolah, kita merencankan untuk touring, anjas touring. Hahaha. Ya, walaupun cuman disitu-situ doang, paling-paling di daerah bilangan Jakarta atau gak puncak, bogor. walau cuman touring gak jauh kayak orang-orang, gak sampai keluar kota, provinsi, pulau hingga Negara. Tapi kita sangat bahagia dalam perjalanan, bercanda ria, sumbringah, bak jalanan milik kita doang, orang lain mah cuman jual jamu. Okeh, gak nyambung. Begitulah kebahagian kita saat kelas dua, banyak sekali, satu paragraph ini tak cukup mendekskripsikan perjalanan kita.

Kelas tiga. Masa dimana kita mulai lebih dewasa, mulai berfikir masa depan, tapi masih sering terlihat dari kita semua sifat keanak-kecilan. Tapi sifat keanak-kecilan itu yang membuat kita semua bahagia dan seru. Sering kena omelan guru, ngecengin temen sampe kelewat baper, bikin kesel orang, ngecengin tukang papeda, dll. begitulah sedikit sifat kenakan-kecilan kita, yang suatu saat bakal ngangenin.

Okeh, Itulah secarcik cerita kita, dari ratusan moment yang sering kita lakukan.



Kini kita semua akan berpisah, melewati masa putih abu-abu bersama kalian yang begitu indah, gue yang tadinya menyesal masuk sekolah ini menjadi bangga karena bisa dipertemukan oleh kalian wahai, teman. Bangga bisa mengukir banyak cerita di 3 tahun perjalanan kita di saat remaja. Mungkin setelah kita sudah lulus semua, kita bakal jarang bertemu tak sesering saat masih di sekolah. Kita sibuk dengan apa yang kita lakukan kita saat ini, awal cerita menuju masa depan, mengejar cita-cita, dan membuat bangga orang tua kita masing-masing.

Tawa lepas kita suatu saat hal yang paling paling kita rindukan. Saling menguatkan satu sama lain, memberi pendapat ketika salah satu dari kita sedang ada masalah, kebisingan saat di sekolah, kebisingan saat ngumpul, ngecengin temen sampe baper, ngomongin pacar, mantan, dan gebetan kita masing-masing, itu juga hal yang paling dirindukan.

Ribuan kejadian, Ratusan foto, puluhan folder, bersama kalian adalah senjata kalo gue lagi kangen-kangennya sama kalian. Gue tau ini lebay, lebay banget malah, tapi ingat, kita pasti akan merindu semuanya atas apa yang kita lakukan dulu.

Kalian lah yang membuat aku bahagia tanpa henti jika kita sedang berkumpul bersama. Bagai tak ada masalah, kita tertawa lepas tanpa memikirkan apa yang membuat kita resah, itu semua karena kalian, wahai teman.


Read More

Selasa, 06 Oktober 2015

Kita kian menjauh.

Semakin jauh, itulah keadaan kita saat ini. Tak seperti dulu, dulu kita sedekat cangkir dan buku dikala para pecandu rindu sedang asik membaca.

Apa yang membuat kita jauh? Hah? Ya, keadaan. Keadaan yang menutut ini aku melakukan hal yang paling aku benci saat ini, jauh padamu. Belum lama padahal kita saling menguatkan, bersedia mengingatkan satu sama lain, menebar tawa,dan menghilangkan kesunyian. Entah, waktu membuat semuanya cepat berlalu, dan tak mungkin arah jarum jam berputar ke kiri, dan kini aku di sini hanya bisa mengenangmu, dan menyelipkan doa di kala rindu sedang di puncaknya.

Sempat berfikir seseorang itu kamu, sebelum kita sejauh ini. Tiba-tiba saja kita dipertemukan oleh waktu, kita semakin dekat, merasa nyaman, dan ketika itu aku merasa jatuh padamu. Aku bahagia di saat kita membicarakan keseharian kita sebagai topic pembicaraan, dan sesekali menebar perhatian yang membuat mulut ini tersenyum membacanya.

Semakin hari, semakin jauh jarak kita. Semuanya terasa cepat, tak terasa kita sudah tak sedekat dulu, tak terasa kita sudah tak lagi bertukar pikiran. Tak terasa.


Kini kamu telah sepakat tuk meninggalkanku dalam kesunyian, sendirian, dan gelap. Menenggelamkanku pada laut yang mempunyai dasar paling dalam. Menghancurkan kesempatan melihat istana yang begitu mewah siap didirikan. Aku tahu itu memang mau mu, aku tak bisa memaksa kehendak itu. aku hanya ingin berterima kasih padamu, yang dulu sempat mengisi hari kita dengan bahagia, terimakasih juga atas nyamanmu, semoga kamu bahagia dengan mau mu, di sini aku masih mengenangmu, sayang.
Read More

Kamis, 01 Oktober 2015

Mengingatmu Adalah Hal Yang Paling KuBenci.

Sudah lama kita berpisah, tapi kamu masih dalam jiwa. Aku ingin sekali melupa, meski sebenarnya aku masih mencinta.

Beberapa hari ini aku mencoba melakukan melupakanmu, mencoba menjauh, dan tak mencari kabarmu. Aku lelah mengikuti perasaan ini, perasaan yang selalu mengharapkanmu datang kembali. aku ingin seperti pelangi, datang di kala hujan hilang. Dan aku ingin juga seperti senja, bahagia walau tenggelam.

Tubuh ini selalu menyerah ketika aku sedang sepi-sepinya tiba-tiba pikiran ini mengenangmu, merindumu, dan meminta jemari ini untuk mencarimu, setidaknya melihat kabar dirimu sekarang. Ya, padahal aku tahu kalo kamu sedang bahagia-bahagianya dengan dirinya yang kamu anggap sempurna, seseorang yang kamu idam-idamkan, tak seperti aku ini yang penuh dengan kesederhanaan.

Membencimu adalah keinginanku, karena bagiku itulah cara satu-satunya agar aku bisa melupa semua kenangmu, kenangan kita dulu yang manis, bahagianya kita dulu sebelum dia datang dan merobohkan istana yang bagi kita mewah. Tapi, entah mengapa, semakin aku membencimu semakin aku mencinta denganmu.


Aku benci di posisi saat ini, dimana apa yang aku lakukan selalu salah. 
Read More

Selasa, 01 September 2015

Larut Malam.



Perihal larut malam, aku senang. Aku begitu senang karena bisa bebas merindu dirimu, walau dalam saat itu aku tak tahu harus berbuat menau. Itu sangat menyesakkan bagiku, tapi entah aku selalu melakukannya, melakukan hobby merindu denganmu hingga larut malam.

Larut malam, karena itu aku dengan mudah mengingat kenangan manis kita dulu, kenangan dimana yang begitu lucu saat aku ingat-ingat, tapi begitu menyakitkan ketika tahu keadaan sekarang. Iya kenangan manis. Dulu, kita masih bercengkrama melalui telpon kita masing-masing, entah melalui pesan singkat atau telpon. Aku masih ingat suara mu yang lucu itu, ketika aku meminta menyanyikan sebuah lagu kepadamu. Aku masih ingat juga suara mu yang begitu lucu itu, ketika kamu ngambek dan marah melalui via telpon. Aku masih ingat!

Larut malam semakin memakan waktu, detak jarum jam begitu terdengar kencang, dan sesekali aku meminum kopi yang ada di sampingku yang mulai dingin, sedingin sikap kamu kepadaku sekarang. Sekarang kamu telah beda, tak seperti dulu. Perhatian, bawel, dan kepedulianmu yang dulu sudah tak ada, mungkin karena kita terbatas oleh status, iya, kita sudah tak lagi bersama. Saat itu kita saling memikirikan ego kita masing-masing, aku begitu ceroboh dan kamu pun. Kita menghancurkannya bersama sesuatu yang terbangun begitu kokoh, dan akhirnya runtuh. Masih ingatkah, pertemuan lucu kita dulu? Kita begitu bahagia saat itu, bak dunia milik kita berdua. Tapi kemudian hilang ketika ego dan rasa bosan datang menghampiri. Kita kalah olehnya, dan Karena dia kita tak lagi bersama.

Mendengarkan lagu yang mewakili perasaan hingga larut malam, itu adalah kewajiban bagiku ketika rasa rindu mulai memuncak. Aku play lagu-lagu yang menurutku syahdu dan liriknya yang hampir sama apa yang sedang aku rasakan, seperti ada yang menemani diriku ketika itu. Aku senang bercampur sedih. Aku senang karena ada yang menemaniku ketika aku rindu dirimu, ketika aku harus dituntut menyerah dengan keadaan karena tak bisa berbuat apa-apa. Aku sedih ketika aku menyadari takdir kita sekarang, sekarang kamu telah bahagia dengan orang yang begitu kamu idam-idamkan, tak sepertiku, dia begitu sempurna di matamu, aku sedih ketika dia yang mendapatkan perhatian darimu, mendapat senyummu yang manis, mendapatkan pelukan hangat disaat dinginnya malam menerkam. Aku sedih dan aku juga iri. Aku iri dengan dia.

Larut malam, dimana bintang-bintang semakin terang menerangi bumi, semakin semangat menemani bulan, dan kian menyatu dengan dinginnya malam. Bintang, dia sangat terang, tapi bintang akan hilang jika si mendung datang. Itulah bintang, dia juga bisa kalah walau dia sangat semangat berjuang menerangi bumi.


“Larut malam, terimakasih telah menemaniku ketika aku mulai merindu. Aku sayang kamu dan dia.”
Read More

Senin, 10 Agustus 2015

Ketika perasaan beradu argument dengan logika.

Ketika perasaan beradu argument dengan logika, entah apa yang sedang ku rasa, semua serasa membingungkan.  Bingung, karena si perasaan tetep kukuh memilih bertahan padahal sudah berapa kali hati ini harus menahan perihnya di sakiti dengan berlahan. Dan disaat itu si logika memberontak untuk pergi dan melepaskan dirinya. “BODOH!” kata logika jika bisa berbicara.

Aku benci situasi dan kondisi seperti ini, benci dimana harus memilih mana yang benar dan mana yang salah. Aku tak mau hal bodoh yang ku pilih, dan aku juga tak mau merelakan orang yang aku sayangi pergi dan meninggalkan.

Memang kita sudah tak ada ikatan, tak ada lagi hak satu sama lain, tapi mengapa perasaan ini tetap ingin dirimu. Aneh. Sepertinya benar kata si logika, Aku memang manusia bodoh. Tapi mungkin saat ini aku masih mengikuti si perasaan. Karena aku tak mau kesalahan fatal yang ku pilih.

Kemarilah jika kamu telah lelah menjelajah, kemarilah jika kamu sudah bingung untuk hijrah mencari bahagia, kemarilah jika kamu benar-benar ingin memulai cerita kembali bersamaku. Kemarilah, aku disini menunggumu dengan keringat mengucur dan air mata mengalir melewati pipi dan jatuh membasahi semesta ini,

                                                                                                                               

Dariku, manusia bodoh. Untukmu, yang menyakiti dan yang ku nanti.
Read More

Minggu, 14 Juni 2015

Terimakasih pernah ada.

Untukmu, terimakasih sudah pernah ada dalam kisah kecil yang pernah kita buat bersama, saat itu kita adalah pemeran utama-nya, walau pada akhirnya kisah kita selesai dengan begitu tragis, mungkin bagiku.

Sekarang, tak ada lagi saling sapa, saling menanyakan kabar, hingga tak ada lagi kata menyuruh agar tidur tidak larut malam. Tak ada lagi.

Kini kamu dengan dirinya, membuat kisah yang begitu bahagia. Walau aku di sini sedang bersama beberapa lembar kenangan kita dulu, sambil mengingat perpisahan yang terjadi saat itu. Kita sama-sama mementingkan ego saat itu, tapi apalah, penyesalan memang datangnya terlambat.

Sesekali jika rindu ini menerpa, aku tengok beberapa photo album kita dulu, dan seketika aku berkata dalam hati “ya tuhan, aku rindu dia.” Kemudian beberapa tetes air jatuh dari mata membasahi pipi yang dulu pernah kamu cubit.

Sudahlah, aku hanya orang bodoh nan tolol yang masih berharap kamu datang kembali untuk melanjutkan kisah yang sudah terjalin dulu. Berbahagialah dengannya, biarkan aku di sini menjadi pecandu rindu. Dan terimakasih pernah ada. Disini, aku rindu kamu, sayang.
Read More

Senin, 08 Juni 2015

Tentang kita, dan dia.

Kita adalah keterkaitan yang tak bersama, Kita adalah sepenggal kisah yang saling membuat tawa tapi tak nyata, Mengapa tak nyata? Karena kamu masih berharap dengan dirinya, dirinya yang sedang sibuk membuat bahagia orang lain. Kamu tak sadarkah? Ada seseorang yang sedang serius ingin membuat dirimu bahagia, ya, aku. Tapi kamu sedang sibuk mencarinya, padahal kamu sudah tahu keberadaan dia, dia yang sedang saling membuat sebuah cerita dengan kekasihnya.

Kamu bodoh! Dan aku-pun! Kamu bodoh, masih berharap dia datang mengampirimu dan menemani kesendirianmu, membuatmu tersenyum dengan pesan singkatnya, padahal itu ketidakmungkinan. Aku-pun begitu, bodoh! Menunggu seseorang yang sedang sibuk menunggu orang lain, mengharapkan seseorang yang sedang sibuk berharap dengan orang lain. kita sama-sama sedang bertahan dengan ketidakpastian, kita sama.

Tapi aku ikhlas, aku rela dan bangga denganmu. Kamu begitu setia menunggu dia kembali, walau hati-mu selalu terluka ketika mendengar tentangnya yang bahagia dengan kekasihnya. Biarlah aku disini menemanimu, setidaknya sedikit menutupi hati-mu yang sedang terluka. Meski tak begitu berpengaruh, tapi aku selalu siap menemani dirimu. Dan jika dia kemudian datang kembali menemuimu, berarti tugas-ku sudah selesai.

Aku pergi dengan sebuah senyuman dan harapan, harapan ketidakmungkinan, harapan yang tak ada kepastian, dan harapan yang tak seharusnya terjadi. Tapi aku begitu bangga denganmu, kamu rela tersakiti dan bertahan demi menunggu seseorang yang kamu puja-pujakan. Mungkin ini yang dinamakan kesetian.

Lupakan lah tentang kebersamaan kita, berbahagialah dengannya, aku disini merasa bahagia, walau sesekali rindu ini menyapa. Biarkan aku disini merangkai kata demi kata untuk melepas rindu, biarkan.


Berbahagialah dengannya, sayang.
Read More

Senin, 25 Mei 2015

6 Tips Move On. [Ala Gue]




Halo masa lalu, aku udah sama masa depan dong. Apa kabar kamu? Iya kamu yang dulu hobby nyakitin+ngecewain aku. Disini aku udah bahagia. Ciyee nyesel.”  - Kata yang sudah move on.


Boom! Gue mau bahas tentang move on lagi nich, eak. Sebelumnya gua pernah ngeposting “Definisi Move On” Dan sekarang gue mau ngasih tau tips move on dari gue yang belum bisa move on dari dia. Lah.

Sebelumnya, Gue mau ngasih tau dulu buat kalian, Move on itu gak segampang lo bisa ngejilat kuping lo sendiri, gak semudah itu. Move itu butuh proses dan perjuangan, serius. Banyak rintangan dan tantangan yang harus dilewati, kayak benteng takeshi gitu. Tapi jika berhasil hati lo sedikit terasa lega dan gak seresah dulu saat lo masih mengingat beberapa kenangan bersamanya.

Loh kok gue malah ngingetin. Pfft


Okey, Inilah 6 Tips Move On Ala gue yang belum bisa move on.


1. Hindari Barang-barang yang bisa mengingatkan lo kepada dia.

Ini memang yang paling menghambat lo untuk move on, Jika lo bener-bener ingin lepas dari dia, buang barang-barang yang dia kasih, ato gak sini mending buat gue aja, haha. Eh tapi serius, Gak berguna juga lo masih nyimpen barang dia, apa lo mau terus-terusan gak mau lepas dari dia? Padahal dia aja udah bahagia sama yang lain, begok amat lo. Buang semua barang dari dia, kalo perlu dijual di tokopedia, kalo laku kan mayan jadi uang. haha. 


2. Hapus chat-chat dari dia.

99.69%  Seseorang yang masih belum bisa move on pasti masih suka baca chatting-an saat masih sama orang yang dulu-nya pernah mengisi hari-harinya. Ini juga paling menghambat laju lo buat move on, kadang saat lo baca chattingan dari dia dulu, membuat lo senyum-senyum sendiri, dan gak kelamaan membuat kangen kemudian nangis. tapi inget, kalo lo gini terus gimana mau berjalan ke depan? Pfft. Hapus chat dari dia, sekarang juga. #maksa


3.  Membuka diri dengan keadaan atau status yang baru.

Ini penting, Jangan gara-gara lo masih belum bisa move on dari dia, lo malah nyia-nyia’in orang yang selalu ada buat lo, bikin lo bahagia saat lo sedih, bikin lo lupa akan kesedihan lo, dan laen-laen. Inget, ketika perasaan lo masih terpaku sama orang yang ninggalin lo begitu saja, kemudian ada orang yang begitu tulus nerima lo apa adanya, malah lo tolak begitu saja. Suatu saat lo bakal nyesel. So, mencobalah membuka hati dengan secara berlahan untuk keadaan atau status yang baru.


4. Sering-sering habiskan waktu bersama teman.

Temen emang yang terkadang bikin lupa diri sama keadaan atau masalah yang sedang dihadapi, temen juga yang terkadang bikin kita ketawa terbahak-bahak hingga lupa apa itu kesedihan. Itulah gunanya teman. Dan lo juga bisa menghabiskan waktu bersama temen-temen lo dengan cara seperti:

-Nongkrong di café bareng temen.

- Shopping bareng temen.

-Ngegame bareng temen

-Atau gak ngumpulin sedotan bareng temen.

Setidaknya, lo bisa melupakan sejenak dan membuat hati lo terasa baru di refresh, sedikit segar. Yang tadinya hanya bisa murung dalam kamar sampe gak makan berwindu-windu.


5. Enjoy With Your Life.

Cuman ngingetin, hidup lo cuman sekali, kalo 13 kali gapapa deh. Manfaatin sebaik mungkin. Jangan cuman ngingetin mantan muluk. Cian amat idup lo kalo cuman gitu doang. Mending lo ngelakuin hal yang 'positive' dan membuat hidup lo terasa 'bermakna'. Ya, seperti ngelakuin hobby yang lo suka. Ya misalanya, lo suka nulis, menulis lah. Siapa tau lo jadi penulis terkenal kayak raditya dika. Atau gak lo suka nyanyi, bernyanyi lah, kalo perlu ikut X-Factor, siapa tau menang kayak fatin. Atau gak lagi, lo suka main boneka santet, ya bermain lah, jika itu membuat hati lo senang. Intinya, lakuin hobby yang lo suka deh.


6. Liburan.

Tips ini boleh dilakukan jika anda mempunyai uang, tapi terkadang modal nekad juga bisa. Liburan! Lupakan sejenak masalah yang ada, dan tinggalkan tempat yang membuat lo jenuh dan yang bikin lo susah lupa akan masalah yang lo sedang tempati saat ini. Berliburlah ke pantai jika lo mau ngerasain luasnya laut, dan ombak yang begitu syahdu. Atau berlibur ke gunung, seperti mendaki, agar lo bisa ngerasain betapa indahnya bumi ini. Atau gak berlibur ke kampong halaman yang udaranya begitu sejuk dan damai-nya hidup di pedesaan.


Memang banyak cara atau tips Move on, Tapi move on juga berasal dari diri sendiri. Mau atau tidak kita ngelakuinnya. Kalo kata raisa kita itu “pemeran utama.” Percuma mereka (teman lo) nyuruh atau memaksa lo buat move on kalo gak ada niatan atau tekad sama sekali untuk move on. Jika lo gak mau move on maka kenangan bersama oramh yang dulu lo cintai bakal menghantui terus menurus selama hidup. So, Cara yang paling ampuh adalah berfikir Positive. Kalo bisa ngaca abis itu ngomong “aku pantas untuk bahagia. #kataradityadika


Oke sekian dari tips yang gua kasih tentang move on ala gue yang belum bisa move on, boleh diikutin tapi jangan ditiru. Lah. Belum move on tapi gegayaan mau ngasih tips move on. Syusadeh, Cassan rusak. Haha.
Read More

Rabu, 20 Mei 2015

Pertemuan Dengan Rasa Yang Dulu.



Siang itu dalam cuaca yang begitu panas di Depok, tepatnya disuatu café di daerah Margonda, Depok. Aku duduk di salah satu tempat duduk dekat jendala ditemani secangkir kopi hangat dan laptop tercinta. Mengapa tercinta? Karena dia begitu setia menemani hariku di kala sepi datang dan sunyi yang menerkam. Dia (laptop) yang membuat ku terasa ramai dalam sepi, dan dia juga yang membuat ku terkadang senyum-senyum sendiri.

Sedang asik diriku bercumbu dengan laptop tercinta, ku melihat wanita sedang menenteng kopi di tangan kanannya dan memegang gadget di tangan kirinya. Dia duduk tidak jauh dari tempat duduk ku. Aku-pun sesakali curi pandang kepadanya. Aku merasa aneh, merasa pernah bertemu atau kenal dengan dirinya. “Dia kok kayak pernah gua kenal yak?” kata pikiranku di kala itu. Sesambil bercumbu bersama laptop tercinta aku berfikir dan mengingat-ngingat tentang dirinya.

Dikarenakan air kopi yang di cangkir kopi ku sudah abis, aku bergegas pulang memasukan laptop kedalam tasku, dan membayar kopi yang tadi ku pesan. Dalam perjalanan aku terus memikirkan dan mengingat dirinya. Seperti perasaan ini begitu sangat kenal dirinya, Mata yang lupa-lupa ingat, dan pikiran yang sepertinya sudah lupa. Aku pulang dengan rasa penasaran yang begitu menghantui sampai larut malam.

Beberapa hari kemudian, aku mengajak pertemuan atau semacam reuni dengan teman lamaku di waktu masih berseragam putih biru tuk melepas rindu yang sudah lama tak bertemu. Kita janjian di café tempat favoritku, jam delapan malam. Aku datang jam setengah tujuh, aku sengaja datang duluan karena yang yang merencanakan pertemuan ini. Setelah 1 jam kurang lebih, temanku datang satu persatu, temanku yang bernama Karton datang pertama. “Woy ton, masih hidup lu?” Tanya kabarnya dengan bergurau. Aku-pun bercanda ria dengan karton sambil menunggu yang lain. Tidak lama kemudian, semua temanku sudah datang semuanya. Sebelum kita melepas rindu aku membuat perjanjian tuk menaruh gadget di atas meja kemudian ditumpukan dan dilarang mengambil atau memegang sebelum pertemuan berakhir. Kami-pun asik becanda satu sama lain, sambil mengingat kejadian lucu yang dulu sering dilakukan bersama.

Sedang asik melepas rindu, wanita yang membuat ku penasaran datang lagi, tapi dia datang tidak sendirinya, dia datang bersama temannya. Aku melakukan lagi jurus curi pandang denganya, lagi asik melihatnya temanku yang bernama kardus berkata.


“Pan, masih kenal dia kagak?”

“Kagak dus, siapa sih dia?” kataku sambil kebingungan.

“Dia cewek yang dulu pernah elu taksir, begok!” kata kardus.

“Lah siapa dus? Cewek yang gua taksir banyak, sampe guru gua taksir.” Kataku sambil bergurau.

“Dia kina!!!!!!!!!!! Cewek 9A yang dulu lo taksir dalam diam.” kata kardus dengan suara sedikit keras.

“Eh, Tolol! Ngomongnya gausah kenceng2, untung dia kagak denger.” Kata ku sambil menoyor kepalanya.


“Ohh kina toh.” Kata pikiranku, dan membuat rasa penasaran sedikit hilang. Setelah pulang dari pertemuan aku langsung mengecek tentang dia melalui social media, Aku cek akun Facebook-nya, ternyata dia sudah tidak menggunakan facebook, terakhir di update “Akhirnya lolos juga masuk kampus idaman.” Setahun yang lalu. Karena penasaran aku mengecek semua akun social media yang dia punya yang aku ketahui, dari Facebook, Twitter, Ask.Fm, sampai instagram. Dari semua sosial media yang aku kunjungi rata-rata terakhir update kurang lebih satu tahun.

Hari minggu, di sore hari. dengan rasa jenuh di Rumah, aku memilih tuk pergi ke toko buku yang ada di Depok untuk mencari buku ‘Sekarangku’ karya Zarry Hendrik, Buku yang sudah jadi target utamaku akhir-akhir ini. Dengan mudah aku mendapatkan buku ‘sekarangku’ karena di taruh rak bertuliskan “Best Seller” sambil menentang buku ‘sekarangku’ aku mengelilingi toko buku sambil membaca buku-buku yang lain. Disaat aku membaca salah satu buku, aku melihat kina. Yup! Kina cewek penasaran yang akhirnya bisa gua kenal namanya Karena teman aku bernama kardus mengingatkanku. Aku mengikuti dia, sambil berpura-pura membaca buku. Tiba-tiba aku seperti ada yang membisikan ku “Pan, deketin lah! Ajak kenalan. Cowok kan? Gentle lah.” Aku-pun memberanikan diri karena bisikan itu.


“Hey.. kina yak?” kataku sambil menyodorkan tangan

“Iyaa, siapa yaa? Kok bisa kenal sama saya?” kata kina sambil muka kebingungan dan membalas sodoran tanganku, kemudian berjabat tangan.

”Lupa yak? Gua irpan temen smp lu dulu, inget gak?”

”Irpan? Temen smp?”

”lupa yaa? Irpan anak 9b dulu..”

”ohhh.. iya iya ingat irpan yang cupu itu kan?”

”yaelah kin, itu kan dulu. hehe lagi nyari buku apa?”

”Gatau nih, lagi liat-liat dulu..”


Setelah kejadian perkenalan di toko buku, aku mengajak-nya makan malam di sebuah tempat favorit-ku yang tidak jauh dari toko buku. Perbincangan-pun mulai hangat saat di tempat makan, saling mengingat masa-masa smp, saling menanyakan satu sama lain. Setelah selesai makan, aku mengantarkannya pulang dikarenakan sudah hampir larut malam, sesampainya didepan rumah si kina, Aku meminta nomor telepon-nya, dan dikasih.

Aku-pun semakin dekat setelah bisa mendapatkan nomor telpon-nya, sudah sering chatting-an, malah terkadang sampai bertelepon hingga larut malam, Dan aku sudah merasa nyaman dengannya.

Kina, seorang wanita yang dulu ku-sukai, yang membuat aku terpanah, dan membuat aku hobby melihat dia dari kejauhan. Kini dia datang lagi, bedanya sekarang dia datang member harapan dan kenyamanan. Aku yang dulu hanya bisa mengaguminya dalam diam, tak berani menyapa, apalagi dekat dengan dirinya. Tapi sekarang berubah, aku sudah sering becanda melalui gadget yang ku-punya, melalui pesan-pesan singkat yang begitu lucu dan tak jelas.

Aku sudah mulai merasakan kenyamanan yang begitu indah, hampir sebulan lebih setelah kejadian makan malam di tempat makan dekat toko buku pada saat itu, hati ini mulai resah, mulai tak kuat memendam perasaan yang ingin diungkapkan. “Apakah ini waktunya?” Logika bertanya.

Mungkin ini saatnya, aku mengajaknya bertemu di sebuah tempat yang pertama kali pertemuan dengan rasa dulu terjadi, pertemuan yang saat itu membuat perasaan ini penasaran. Aku sengaja datang lebih awal. Aku duduk di tempat duduk dekat jendela.

Setengah jam kemudian dia datang bersama seorang cowok, berbaju merah. Hati ini bertanya.. “siapa yak, dia?” sambil takut hal yang tidak diinginkan terjadi. Dia datang, kemudian duduk dan berkata.

“Lama ya, pan, nunggunya? maaf yaa” kata kina, sambil tersenyum.

”Engga kok.. hehe”

”Oiya, kenalin nih, cowok baru gue.” kata kina.


Saat dia berkata “Kenalin nih, cowok baru gue.” Rasanya kayak di tusuk-tusuk pake pensil 2b yang baru diraut, kit beut. Rasanya mau lompat aja dari gedung yang tak bertingkat. SAKIT BANGET, POKOKNYA!!


"Irpan.." sambil berjabat tangan dengan pacar barunya kina

"Tempe.." (Pacar barunya kina)

”wih, selamat yak, kin.” kata ku, dengan senyum tipis yang penuh dengan sandiwara

”ihh makasih pannn, oiya tadi mau ngomong apaan?”


Dalam hati “Mau nanya, kok tega banget sih!!!


”Gak jadi kin. Hehe..”

"Kok gitu?”

”gapapa hehe, oiya gua ada janji, gua duluan yak..” Jalan keluar dari cafe.


Aku-pun pergi dari café itu, dan pergi juga dari kehidupan baru dia yang begitu bahagia untuk mereka, tapi begitu perih untuk-ku.

Hal yang harusnya menjadi kisah baru antara aku dengan kamu, menjadi kita. Kita yang akan saling melengkapi, kita yang akan saling mengucap selamat pagi. Dan, Kita, yang tak akan mungkin terjadi.
 
Begitu perih kisah ini, kisah yang tak ada dalam skenario, seharusnya. Dan sekarang aku pergi, mencoba lupa di atas luka.




Inginku hilang ingatan tentang-mu.






Read More

Selasa, 12 Mei 2015

Perkara Jatuh cinta.



Jatuh cinta, semua orang pasti pernah mersakannya. Begitu indah, terkadang seperti orang bodoh ketika senyum-senyum sendiri sambil membaca message dari orang yang kita cintai. Terkadang, sudah mengetik panjang tuk membalas tapi masih tak berani untuk dikirim, karena takut salah ucap atau membuatnya kurang suka.

Aku sedang merasakannya, begitu indah, bagaikan dunia milik berdua. Seakan ada yang kurang jika tak menanyakan kabar tentangnya, walau belum jadi miliknya, tapi rasa ini berbeda, begitu nyaman jika sedang bersamanya. Dengan percakapan yang tak jelas, percakapan yang tak penting, dan percakapan yang begitu aneh, yang membuat mulut ini senyum dan tertawa kecil.

Kejadian ini pasti kalian pernah mersakan, selalu ingin bertemu dengannya, lupa akan semuanya hanya ingat tentangnya.

Tapi, ada suatu hal yang kutakuti, mungkin bukan hanya aku tapi semua yang sedang merasakan jatuh cinta, iya semuanya hanya sekejab, sebentar, dan cepet berlalu. Apanya? Kebahagiannya.
Seperti, kamu datang membawa kenyamanan, tanpa kepastian, dan pergi tanpa alasan yang tak kuinginkan. Sakit! Bagaikan ditusuk pensil 2b yang baru saja diraut kemudian ditusukan ke tangan hingga berbekas, mungkin lebih dari itu sakitnya. Itu yang aku takuti.

Semoga yang aku aku takuti dan menjadi kecemasan ku hanya sebatas pemikiran yang datang tiba-tiba, dan tidak terjadi. Semoga.

Kutulis beberapa kalimat ini dengan mengingat senyum tipis manismu yang membuat aku mimisan.



                                                                                                    Dariku, yang sedang berbahagia.
Read More

Datangnya Sebuah Rindu.




Malam ini, aku terjerat rindu kembali sambil ditemani secangkir kopi yang mulai mendingin dan lantunan musik dari musisi legenda Indonesia, iya Iwan Fals dengan lagu yang berjudul yang terlupakan. Begitu khitmad rindu ini, rindu yang selalu datang dengan sendirinya ketika senja mulai hilang.

Bagaikan kebiasaan sehari-hari, rindu sudah jadi tradisi. Banyak kenang-mu yang kurindukan, moment bersamamu, saat kamu tertawa lepas di depanku, saat kamu merengek manja denganku, masih tergambar jelas itu semua.

Aneh, mengapa rindu ini selalu hadir. Apakah hati ini rindu dengan  hadirmu? Atau hanya ingin mengingat kenangan-kenangan yang berceceran di kepalaku? Jawaban yang belum ku temui sampai saat ini.

Rindu, yang membuat candu dalam kalbu, yang membuat hobby baru dalam hidupku. Dan Yang kutakutkan rasa ini datang kembali, aku takut. Bukan takut tuk memulai cerita kembali tapi takut kita berpisah lagi, perpisahan yang membuat semuanya menjadi hilang dan terlupakan.

Apakah kamu tahu? Jikalau rindu ini memuncak dan tak kuat menahannya, banyak air mata yang berjatuhan. Seperti mendung yang begitu lama, dan ketika hujan, semuanya turun dengan cepat dan deras. Apakah kamu peduli? Tak mungkin, tuk tahu pun kamu tak ingin, bagaimana tuk peduli.
Semua kenangmu, masih ada. Tapi aku harap aku bisa lupa, agar hujan deras membasahi pipi tak ada lagi, agar aku tak menjadi manusia bodoh yang menangismu padahal dirimu saja sedang tertawa bahagia bersamanya. Aku ingin rindu ini hilang, walau susah tuk dilupakan.

Kutulis beberapa kalimat ini dengan air mata yang sesekali menetes melewati pipi yang dulu pernah kau cupit.

                                                                                                          Dariku, Pecandu Rindu.
Read More

Senin, 11 Mei 2015

Kebodohanku




Aku hanya seorang cowok cupu yang menyukai seseorang dalam diam, tak berani mengucap apalagi mengumbar kepada teman. Dalam hati, ingin sekali menugar dia, mengucap sapa, atau memanggil namanya. Tapi apa daya, mulut ini bisu ketika ingin melakukan itu. Seperti tak berani, iya aku cemen dalam hal cinta.

Pernah hati ini merasa resah, ketika perasaan mulai bosan menyimpan namanya dalam hati yang kosong ini. “Aku lelah.” Kata perasaan jika dia bisa bicara.

Kebodohanku, menunggumu dalam kebisuan, menunggumu dalam kesunyian, dan menunggumu dalam hal yang tak ada kepastian.” Sampai kapan ini berlanjut?” kata logika dengan Tanya-nya. “apakah harus kehentikan kebodohan ini, tuhan?” dalam doa ku berucap.

Ini bukan cinta bertepuk sebelah tangan, tapi cinta yang begitu bodoh, menurutku. Aku merasa dibuat bodoh oleh cinta. Aku seperti di hipontis dengan 1 satu kata 5 huruf, iya cinta.

Jika bisa, aku ingin seperti orang lain yang tak sama sekali menyimpan perasaan denganmu, tanpa bersandiwara menutupi perasaan, ingin. Dan jika aku boleh minta, aku tak ingin kamu tahu rasa ini, tapi yang kuinginkan kamu merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasakan selama ini, wahai cinta.


Kutulis beberapa kalimat ini sambil mememikirkan senyum manismu, sayang.

                                                                                                               

                                                                                               Dariku, yang cemen dalam hal cinta.
Read More

Selasa, 21 April 2015

Beberapa hal yang terjadi dalam hubungan percintaan remaja. [Masa Kini]

Lagi pengen ngomongin cinta nih. Kenapa ngomongin cinta? Karena ngomongin orang dari belakang dosa. Gua mau ngasih tau beberapa hal yang terjadi dalam hubungan remaja masa kini. Kenapa masa kini? Karena masa dulu, masa bersama mantan, Eaak. Kenapa bersama mantan? Kenapa jagung dibakar? Kenapa gua nanya? Alah BACOT!!

Oke, gak usah banyak bacot. Kenapa gak usah…? *tusuk pake pensil alis* Hahaha MAMPUS LO! Gak bisa nanya lagi. Oke langsung aja yuk inilah beberapa hal yang terjadi dalam hubungan percintaan masa kini.


1.  Posesif

Banyak kaum remaja masa kini yang posesif dalam menjalanin hubungannya. Dari yang posesif biasa, berlebihan dan anti mainstream.

Misal:

 [Posesif biasa]


“Yang, kamu udah makan?” | “Belum nih.” | “Makan gih!” | “iyaa iyaa nanti..” | “Makan gak!? Kalo gak aku gak mau ngomong sama kamu.” | “iya yaudah, iya sayang..”

[Posesif Berlebihan]


“Yang, kamu dimana?” | “Lagi makan di MCD yang, sama temen2 aku.” | “Serius? Coba pictnya.” | “Serius sayang, malu yang banyak orang.” | “kalo kamu gak ngasih pictnya berarti kamu boong, bodo kasih pictnya atau kita udahan!!!!??? Pilih buru!” | “Tuh..  mcddepok.jpg”

[Posesif anti mainstream]


“YANK, KAMU LAGI DIMANA?” | “Di café nih yang.” | “YANG JUALAN CEWEK/COWOK?” | “cewek yang.” | “KITA PUTUS!!!..” | *mati* 

2. Kode


Nah, jaman sekarang banyak banget yang suka ngekodein pasangannya. Dari hal kecil sampe hal besar. Dan masih pelakunya seorang perempuan, wanita dan cewek.

Contoh:

“Yang, film fast and forius 7 seru tuh..” | “iya yang, seru banget.” | “iyaa, kamu udah nonton?” | “aku belum nonton, yang.” | “ihh berarti kita sama. Filmnya masih tayang tuh yang di XXI.” | “Oh gitu ya yang, berarti cd bajakannya belum keluar yak? Nanti kalo udah ada beli ah.” 
Contoh:

Dalam hati si cewek. “TAIK! JADI COWOK GAK PEKA BANGET.” Padahal dari percakapan tersebut si cewek mau nonton langsung ke XXI, tapi cowoknya entah pura-pura begok atau begok beneran, mungkin.

3. CEWEK SELALU BENAR DAN COWOK SELALU SALAH.

Nah, you know lah, jaman sekarang mah emang gitu. Cewek tuh selalu benar dan cowok selalu salah. Kalimat itu pun masuk dalam kandungan UUT (Undang-Undang Tipu) dalam pasal 69 ayat 1 yang berbunyi “Cewek itu selalu benar. Jika dia (cewek) salah, kembali ke kalimat pertama.” #apasih

Misal dan contoh.

Si cowok ngelakuin hal yang salah, dan si cewek marah dan saat si cowok mau minta maaf gak dimaapin sama si cewek ampe bertahun-tahun. Lah , iya. Tapi sebaliknya, kalo si cewek salah dan si cowok mau marah malah dibalikin sama si cewek, ujung-ujungnya si cewek yang jadi marah dan si cowok minta maaf sampe bertahun-tahun. Lah, gitu.


Kesimpulan:
Sebenernya, jika seorang cewek lagi ngambek, balesnya jutek, nyebelin dan singkat. Disitu cewek mau lihat perjuangan si cowok, apakah dia peduli? Atau dia bodo amat-an? Gitu.” –kata mamah gua.





Read More

Minggu, 01 Februari 2015

Dekat tapi tak bersama.



Sering kita pergi bersama walau tak berdua tapi bersama teman-teman kita. Inginku, kita sesekali pergi berdua. Hanya kita. Pergi ketempat wisata atau meminum secangkir kopi hangat sambil bergurau di meja yang kita duduki berdua. Tapi itu hanya sebuah harapan yang ada dalam pikiranku. Entah apa kamu juga merasakan yang sama denganku. Mungkin saat ini tak mungkin kamu begitu.

Waktu terus berjalan, Hati mulai tak ingin selalu diposisi seperti ini. Serasa lelah, ingin mengungkapkan tapi tak bisa. Seperti bisu jika mengatakannya. Lagi pula jika aku mengatakannya dan kamu menjawabnya tak sesuai apa yang aku inginkan, kita menjadi menjauh. Seperti orang tak kenal, Tak bersapa. Itu yang aku takuti sampai saat ini.

Padahal mata ini selalu melihatmu dari dekat, tapi tak sedekat hati kita. Jauh sekali. Jika RAN “Jauh di mata dekat di hati.” Mungkin kalo kita sebaliknya. Atau bukan kita, tapi aku. Karena hanya aku yang merasakannya. Sampai kapan ini terjadi? Mengharapkan dirimu yang tak mungkin. Logika selalu berargument “ayolah paannn… kalo udah tau dia gak mungkin buat apa masih dikejar? Masih ada kok yang lain..” dan aku menjawab lewat pikiran “gua sih pengennya gitu tapi gak tau kenapa gak bisa.”kemudian hati berkata “Jika lo pengen dia. Kejarr dia.” Yaaaa begitulah. Logika dan hati selalu mempunyai keinginan yang berbeda. Entah harus mengikuti kata siapa. Aku bingung.

Sampai saat ini mungkin hanya bisa berharap hingga lelah. Memang saat ini aku sudah merasakan lelah. Ingin ini sudah, tapi disaat aku ingin sudah kamu datang dan mengajak bercanda. Dan disaat itu aku hanya menikmati melihat dirimu tertawa meski tawa itu bukan aku alasannya. Walau tak dariku aku bahagia, Karena melihat dirimu tertawa sudah melupakan sedihnya kisah ini. Kisah kasih yang tak sampai. Kisah yang pedih dan bahagia. Bahagia karena diriku bisa dekat denganmu. Pedih karena tak bisa memiliki.

Dariku, yang terdekat denganmu.
Read More

Sabtu, 10 Januari 2015

Pertemuan yang begitu singkat

Disaat aku bertemu denganmu, aku sudah merasakan hal yang berbeda. Rasa yang beda disaat disampingmu. Entah, akupun tak mengerti bisa seperti itu. Awalnya kita bertemu begitu indah disebuah halte, disaat itu kamu sedang menunggu angkutan umum sambil memegang ponselmu. Dan disaat itu juga aku sedang menunggu temanku untuk menjemputku disebuah halte yang sama. Aku merasakan hal yang berbeda saat. Rasanya beda jika bertemu dengan orang lain. Berselang beberapa saat kamu pergi dengan mobil angkutan umum dengan jurusan yang selalu ku ingat sampai saat ini.

Keesokan kalinya aku mencari tentang mu melalui teman-temanku, meski saat itu teman-temanku tak tahu siapa dirimu. akan tetap aku tetap berusaha mencari tentang dirimu. Begitu lelah memang, tapi mengapa perasaan ini begitu penasaran ingin kenal dengan mu. Dan setidaknya mengetahui siapa namamu saat itu.

Ponselku berbunyi, setelah kulihat hanya notif dari social media yaitu burung biru. Iya twitter.. akupun iseng melihat timeline ditwitter, dan aku melihat teman lamaku sedang mentions-an dengan seoarang cewek. Entah, mengapa perasaan ini penasaran dengan orang yang dimentions dengan teman lamaku. Setalah ku zoom-in avatarnya, ternyata tidak salah lagi. Dia adalah seorang yang sedang kucari. Dia yang membuat penasaran. Dia yang membuat rasa yang begitu berbeda. Akupun memberanikan diri untuk meminta nomor ponselnya meski melalui teman lamaku. Setalah dapat mendapatkan nomor ponselnya aku mencoba mengirimnya pesan singkat. Semakin lama semakin dekat dan semakin nyambung jika sedang berchating-an dengannya. Akupun mengajaknya untuk bertemu disebuah café disebuah mall. Akhirnya kita berkenalan resmi dengan langsung. Dengan seiringnya waktu, hubungan kita semakin dekat dan aku mencoba mengungkapkan apa yang kurasa selama ini. Rasa ingin bersamanya.

Aku mengajaknya bertemu di sebuah café yang sama saat kita berkenalan resmi disaat itu. Aku duduk dikursi dan memesan sebuag coffe hangat sambil menunggu. Aku bertanya pada diri sendiri “kok dia lama banget sih? Tumbenn.” Setelah hampir habis coffe yang ku pesan dia datang bersama seorang cowok. Aku kaget “Itu siapa yak? Semoga aja hanya temannya!” dia pun menghampiriku dan berkata “lama yak? Hehe.. maaf yak.” “hehe iya gapapa kok” jawab diriku. Dia pun mengalkan seoarang cowok yang diajaknya. “oiya, kenalin ini pacar aku.” Begitu sakit rasanya saat itu. Sakit sekali. Mungkin saat itu hati serasa hancur. Serasa ditusuk pensil yang baru diraut. Tapi disaat itu aku menggunakan jurus fake smile (senyum palsu). “hi, gua coeg” kata cowoknya dia “hi, gua irpan.” Karena terasa gak kuat aku memutuskan untuk pergi setalah berbincang selama 30 menit.

Setalah kejadian itu, aku lost contact dengan dia. Aku mencoba ikhlas walau berat. Kan kuingat selalu pertemuan singkat yang begitu indah saat itu.

Dari aku yang pernah menganalmu.
Read More

Kan kuingat dirimu.

Lama terasa sudah lama kita tak bertemu. Masih terlintas jelas raut wajah mu. Wajah yang begitu lucu saat dirimu tertawa. Ingin sesekali aku melepas rindu walau hanya sebentar setidaknya hanya berdua denganmu. Disini aku termenung, terdiam dalam diam, Menunggu tuk bertemu. Masih ingat aroma parfum mu. Aroma yang sangat khas darimu. Aroma yang sering ku hirup saat bersamamu. Masih teringat ucapan dirimu dulu. Ucapan kemarahanmu  jika aku melakukan sesuatu hal yang salah. Dirimu yang bawel jika aku tak menuruti mau mu. Ngeselin memang tapi aku tau maksud tari kebawelan kamu hanya untuk kebaikanku. Perhatianmu sangat kurindukan, sayang.

Aku tak tahu mengapa kita bisa berpisah. Kita yang dulu bersama. Kita yang dulu sering mengucapkan kata sayang saat berpesan lewat ponsel maupun saat kita berdua. Kita yang dulu sering memanggil dengan nama panggilan yang aneh dan lucu. Kita yang dulu telah berbeda dengan kita yang sekarang. Sudah berlalu memang, kadang ku sesali. Sering sekali logika berkata “Ngapain sih mikirin dia! Dia aja gak pernah mikirin kamu! Ayoo cari yang baru bikin dia menyesal telah kehilangan kamu!” tetapi mengapa perasaan ini selalu tak ingin kau jauh. Perasaan yang ingin sekali kamu disampingku. Mungkin kenyamanan yang dulu ku beri sulit untuk dihilangkan. Bukan salahmu, tapi salah mengapa rasa ini ada dalam perasaanku. Rasa kenyamanan dirimu yang dulu kamu beri. Meski kita sudah tak lagi bersama dan mengucap kata sayang.

Mungkin dalam hal melupakan kenangan dirimu aku cemen, aku tak bisa. Sekali pun bisa mungkin itu hanya sesaat. Saat tertawa bersama dengan teman-temanku aku bisa melupakanmu. Tapi, entah mengapa disaat aku sendiri. Disaat aku termenung. Kepala ini selalu memikirkan mu. Ingin rasanya melepas rindu ini. Setidaknya mendengar suaramu, walau itu hanya melalui ponsel. Sulit memang melupakan dirimu yang dulu pernah memberi kenyamanan yang begitu nyaman disaat bersamamu. Tapi kan kurelakan dirimu walau hati ini sakit. Kan ku ikhlaskan dirimu meski hati ini tak ingin melakukannya. Semua kenangan dirimu kan kuingat selalu, sayang.
Read More